Setelah Putih Abu-abu

Ilustrasi by youtube Tadkala


Ceritaku Saat Kelulusan Putih Abu-abu

Aku sedang ingin berbagi cerita. Anggap saja sobat pembaca adalah pendengar baik yang tidak akan ngantuk mendengar celotehanku. Sebelumnya aku ucap terima kasih sudah mampir.

Jauh sebelum masa sekarang tiba tepatnya jauh sebelum aku mengenakan seragam atasan putih dan bawahan abu-abu, aku sering membayangkan indahnya kisah para pelajar yang berbalutkan seragam putih abu-abu ini. Mulai dari pertemanan, percintaan, prestasi, pengalaman, hingga masa setelah kelulusan betapa serunya  masa SMA pikirku saat itu.

Silih berganti hari, waktu terus berlalu hingga tak terasa telah mengantarkanku pada masa yang aku idamkan itu. Di awal menjalani memang tidak ada yang melesat dari sebagian ekspektasi dulu, aku pun merasa nyaman berada di masa tersebut. 

Menyenangkan sekali di masa ini penuh dengan drama persahabatan, cinta monyet, pengalaman, bahkan kompetisi persaingan berebut dan berburu prestasi menjadi terasa jauh lebih berbobot.

Saking nyamannya aku sampai lupa bahwa ada hal yang akan menjadi penutup halaman dari album indah ini, seperti yang pernah terjadi juga pada masa-masa di bangku pendidikan sebelumnya. Kalian tahu itu, adalah sebuah perpisahan.

Perpisahan berarti tanda berakhirnya masa indah ini. Perpisahan juga artinya momentum yang mengharuskan diri untuk sebuah kerelaan berpisah, baik dengan teman, guru, sekolah, kelas tercinta bahkan suasana hangat semua perjalanan kisah di masa ini.

Berbeda dari perpisahan yang pernah terjadi di bangku sebelumnya. Kenyataannya perpisahan pada masa ini terasa jauh lebih berat. Dipenuhi kebimbangan, kekhawatiran, kesedihan, bahkan sedikit ambisius.

Kenyataan tersebut didukung oleh fakta bahwa masa SMA adalah akhir dari perjalanan pendidikan selama 12 tahun di bangku sekolah. Dimana setelah kelulusan tiba setiap kita sudah tidak lagi merasakan belajar di bangku pendidikan berlabel sekolah.

Dan hal terberat dari perpisahan masa SMA selain berpisah dengan semua yang mengisi masa-masa putih abu-abu, juga akan dihadapkan pada pilihan masa depan dan kenyataan hidup yang sesungguhnya tidak semanis masa SMA.

Mau tidak mau kita semua dituntut untuk lebih dewasa, baik dalam berpikir, bertindak maupun berbicara. Sudah bukan masanya lagi untuk bermain-main, bermalas-malasan, sebab masa depan sudah pasti dihadapan mata.

Menjelang kelulusan semua kebimbangan maupun kekhawatiran selalu saja menghampiri. Hal ini datang akibat pilihan tersulit yang harus diputuskan, memilih untuk lanjut kuliah atau bekerja. Tentu setiap pilihan yang diputuskan akan memengaruhi kehidupan setelah putih abu-abu untuk sebuah masa depan.

Akhirnya aku putuskan untuk lanjut berkuliah, namun untuk masuk ke sebuah perguruan tinggi negeri bukanlah semudah membalikkan telapak tangan. Perlu melalui berbagai tahapan seleksi untuk kemudian dapat bergabung dengan perguruan tinggi negeri tersebut.

Acap kali hambatan dan kegagalan aku terima dalam perjuangan meraih kampus impian. Sedih dan kecewa sudah menjadi makanan diri ini. Singkatnya setelah melewati banyak hal, akhirnya aku diterima di salah satu perguruan tinggi negeri vokasi di Riau. 

Aku dengan almamater tercinta

Betapapun aku kecewa tidak dapat berkuliah di kampus impianku. Aku sangat bersyukur bisa berkuliah di kampus negeri apalagi dengan beasiswa. Ini merupakan langkah awal ku dalam memulai lembaran baru. Aku menggantungkan semua harapan dan cita-citaku di kampus tersebut, Politeknik Negeri Bengkalis.

Terima kasih sudah mampir dan membaca!

Sumber Gambar Pertama

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Koalisi Hati dan Pikiran Dalam Dialog Diri

Nyanyian Menutup Hari, Harmoni dari Perawang Kota Industri