Cerita PMM 3: Warna-warni Keberagaman, Festival Budaya UNPAD Pecah!

Gebyar Budaya: Wonderfull of Nusantara

Pagi sekali tampak lelaki di cermin berbusanakan serba kuning hijau. Penuh percaya diri mengenakan busana yang disebut Cekak Musang dengan Tanjak di kepala serta Songket yang melilit di pinggang. Apa yang dikenakan merupakan identitas budaya kebanggaan masyarakat Melayu Riau. Lelaki itu adalah aku yang bersiap untuk perayaan Festival Budaya PMM 3 Universitas Padjadjaran.

Bertepatan hari sumpah pemuda, menembus pagi dan berlaga dengan ayam yang baru terbangun dari lelapnya, aku berjalan menyongsong semangat dan energi muda. Sepanjang jalan aku dipandangi oleh orang-orang, pikirku mereka heran dan asing dengan apa yang aku kenakan. Aku lantas mempercepat langkahku, bukan karena malu menjadi sorotan tetapi aku punya tanggung jawab sebagai panitia dalam acara tersebut.

Sialnya odong yang akan mengantar jemput peserta Festival Budaya belum tersedia pagi itu. Alhasil aku harus berjalan kaki mendaki jalanan UNPAD yang menanjak sampai ke Lapangan Merah tempat acara tersebut dilaksanakan. Tak apalah, hitung-hitung olahraga pagi supaya lebih berenergi untuk acara yang seharian.

Begitu aku sampai, di lokasi acara masih sepi hanya ada panitia yang sibuk dengan tugasnya masing-masing. Aku pun turut menyibukkan diri mencari apa yang perlu ku kerjakan. Waktu berjalan, satu persatu peserta maupun tamu undangan Festival Budaya berdatangan. Saat semua peserta dan tamu sudah berkumpul, aku lantas mengambil tempat duduk di rombongan provinsi Riau.

Mahasiswa PMM 3 UNPAD duduk mengenakan pakaian adat daerahnya. Sumber: Kanal UNPAD

Seperti pelangi dengan keindahan warna-warninya, Lapangan Merah UNPAD banjir warna, motif dan corak yang beragam. Mendadak UNPAD menjadi Indonesia mini, di mana busana tradisonal dari Aceh sampai Papua berkumpul. Setiap orang di sana mengenakan identitas budaya kebanggaannya, betapa indahnya keberagaman ini.

Acara pun dimulai dengan sambutan-sambutan berbagai tokoh, diantaranya Ibu Erli selaku koordinator PMM 3 UNPAD, perwakilan Kemdikbudristek serta jajaran pejabat di Universitas Padjadjaran. Kemudian dilanjutkan pembacaan Sumpah Pemuda. Suasana mendadak hening saat kalimat-kalimat sakral pemuda bangsa diucapkan. Aku pun haru dapat menjadi bagian dari pemuda bangsa ini yang punya semangat toleransi yang mengakar sejak dahulu.

Acara kemudian dilanjutkan dengan peragaan busana adat yang dibawakan oleh mahasiswa PMM 3 UNPAD juga LO. Berlenggak-lenggok di atas panggung, menebar senyum dengan keindahan corak busananya, mereka tampak elok merepresentasikan daerahnya masing-masing.

Setelah peragaan busana, dilanjutkan dengan penampilan-penampilan oleh para Dosen Modul Nusantara, LO, mahasiswa asing dan penampilan budaya mahasiswa PMM 3 UNPAD. Jantungku berdegup saat tiba penampilan budaya pertama oleh provinsi Riau. Bagaimana tidak, ketika MC memanggil Riau untuk tampil, aku tengah mengantre makanan. Dengan panik aku berlari menuju panggung untuk bersiap-siap tampil.

Kami menampilkan drama tari yang bertajuk “Dedap Durhaka.” Diambil dari sebuah legenda Dedap durhaka yang merupakan asal usul Pulau Dedap di Kepulauan Meranti, Riau. Sebagai penampil pertama rasanya puas sekali setelah tampil. Akhirnya latihan yang kami lakukan terbayar sudah dalam Festival Budaya. Tepuk tangan dan sorak sorai bergemuruh mengiringi penampilan kami.

Setelah tampil aku pun berburu makanan tradisional, bak lapar mata dan lapar perut, semua makanan di sana aku jelajahi satu persatu. Pertama aku mencoba Asinan Bogor, jujur lidahku kurang cocok untuk makanan ini. Selanjutnya aku mengantre lagi untuk mencoba Tahu Gejrot. Perlu ku akui kalau tahu di tanah Sunda ternyata lebih kopong ketimbang tahu di daerah asalku, Sumatera. Meskipun begitu aku tetap menghargai kekayaan cita rasa ini, barangkali jika sudah terbiasa lidahku juga akan cocok.

Aku berburu makanan untuk menghabiskan voucher makanan yang diberikan secara gratis. Rasanya belum puas jika tidak menjajal semua makanan yang tersedia. Ada Asinan Bogor, Tahu Gejrot, Bakmi Jawa, Es Pisang Ijo, Sate Madura, Baso Aci, Mie Kocok Bandung, Nasi Pecel Madiun, Kue Surabi dan Es Cendol. Hampir semuanya makanan khas dari tanah Jawa.

Tak hanya menjajal makanan khas, aku juga mencoba permainan tradisonal nusantara yang saat ini sudah jarang ku lihat lagi. Ada Egrang, Egrang Batok, Bola Bekel, Congklak dan beberapa permainan tradisional lainnya. Rasanya seperti bernostalgia dengan masa kecil, di mana dulu permainan ini akrab dengan anak-anak pada eraku.

Mengenakan busana serba elok sayang jika tidak mengabadikannya dalam foto dan video. Entah dengan siapapun aku berfoto, yang penting ada kenangan untuk hari itu. Aku pun turut mencoba mengenakan kain Ulos khas suku Batak Sumatera Utara. Tak hanya itu aku juga coba mengenakan aksesoris dari provinsi lainnya. Seakan Indonesia pindah di tubuhku saat ku gabungkan dalam mengenakan aksesoris tiap provinsi.

Menjelang acara berakhir aku dan kelompokku bergegas menuju studio poto guna mengabadikan momen yang indah itu. Senang sekali bisa berbaur dengan orang-orang yang berbeda latar belakang daerah, budaya, suku dan adatnya. Ini mengajarkanku untuk selalu menjunjung nilai-nilai toleransi.

Kelompok B14 Salakanagara dengan pakaian adat daerahnya

Wawasan dan pengetahuan baru yang diperoleh

Bhinneka Tunggal Ika hanya sekedar semboyan tanpa makna jika tidak diterapkan dalam kehidupan nyata. Bangsa Indonesia adalah bangsa multikultural, memahami kehidupan yang majemuk haruslah dengan perspektif keberagaman yang menjunjung tinggi nilai-nilai toleransi. Keberagaman itu mencakup suku, budaya, pakaian, makanan, bahasa dan lainnya.

Melalui Festival Budaya PMM 3 Universitas Padjadjaran aku jadi mengerti tentang pakaian adat dari setiap daerah di Indonesia serta budayanya. Misalnya yang awalnya aku mengira provinsi Sulawesi Selatan hanya memiliki pakaian dan budaya Bugis, ternyata ada lebih dari satu pakaian dan budaya dari setiap etnis yang menghuni Sulawesi Selatan.

Warna-warni pakaian adat daerah dalam lingkaran. Sumber: Kanal UNPAD

Terima kasih sudah membaca!

Tulisan ini merupakan tulisan logbook PMM 3 minggu ke-10 ku

Nantikan cerita-cerita PMM 3 lainnya di blog ini!

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Setelah Putih Abu-abu

Koalisi Hati dan Pikiran Dalam Dialog Diri

Nyanyian Menutup Hari, Harmoni dari Perawang Kota Industri